Selasa, 25 Desember 2012

10 kuntum mawar untuk ummi

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim... Mata itu bening jernih bak telaga,
tuturnya lembut dan santun menuai irama indah,
tatapnya terjaga dalam tunduk dalam yg teguh.
Gerakannya seakan merantai waktu.
Semua seperti melambat ketika ia hadir di sekitarku.

Pada saat itu hatiku terbetik,
Duha i.. Dialah yang akan menjadi bidadari syurgaku.

ketika semua perjanjian yang di saksikan oleh para malaikat itu usai...

ku angkat dagu indahnya...
"Umi"... begitu aku memanggilnya..
"Abi"... begitu ia menyahut lembut....

Lalu ku kecup keningnya yang bercahaya....

-----
1 tahun berselang.....

Ada dering nasyid yang sangat kuhafal.
"Teman Sejati" menggema meniti tiap dinding ruang kerjaku...
"umi.." gumamku.. "Ah, paling tanya makan di rumah apa tidak"..
Lalu suara itu.. " Assalamu'alaikum abi sayang.."

Enggan..

"Wa'alaikum salam mi, apa? Abi sibuk nih.."
Dengan terbata, selalu terbata akhir2 ini..

" Abi nanti malam makan di rumah?"

Tegas tergesa tak sabar ku jawab..
"Belum tau 'mi, nanti abi sms.. Udah ya. Assalamu'alaikum.."

Jawaban salamnya terdengar menghilang seiring menjauhnya telpon dr telingaku dan keningku berkerut karna merasa sangat bosan dengan rutinitas ini...

Satu kuntum Mawar untuk kesalahanku....

Umi, tiba larut malam, engkau masih menyambutku..
Makanan itu masih hangat...

Aku marah..
"kenapa tidak makan duluan?"

Lalu lirih jawabmu...
"Abi ngga sms umi.. Jadi, umi tunggu."

Bertambah marahku..
"kan abi sering pulang telat. Kenapa ngga makan duluan?"
Tertunduk kelu lalu senyummu mengembang,
"Maaf abi, umi salah.."

Lalu engkau santap hidanganmu dalam sendiri..
karna aku baru usai makan makan di restoran Jepang yang berkaraoke itu.

-----

3 tahun berselang ...

Dalam gamismu yang
terlihat kebesaran itu engkau datang padaku..

"Abi... umi kangen bunda."

Wajahku tenggelam di balik koran, menggumam..

"Jangan sekarang 'mi, abi lagi ngga punya budget."

"Maaf abi, bunda tadi tlp, lagi kurang sehat..."
Kuturunkan koranku...

"Umi, kita ngga punya uang. Tiket pulang pergi Jakarta - Medan saja udah dua juta sendiri kan? Mengerti abi ya..".

Senyummu mengembang.. lalu lirih "Iya bi, nanti umi telpon bunda."

------
Satu kuntum Mawar untuk kesalahan ku....

"Umi, liat ini...", dengan bersemangat kukeluarkan notebook idamanku...

"Murah 'mi, abi beruntung banget karna lagi sale.."

Senyum tipismu mengurai....
"Kelihatan mahal ya 'bi."
"Murah mi, setelah diskon abi cuma bayar 6.5juta... "

Deg... hatiku tersentak..
Baru kemarin aku bilang, tiket seharga 2juta itu membebaniku...

Masih tersenyum engkau membelai pundakku hangat..
"Semoga membawa berkah ya 'bi, bisa bikin kerjaan abi tambah lancar."

Lalu engkau berlalu meninggalkan kelu yang dalam.

-------
5 tahun berselang...

Masih terngiang suara ibu di ponselku siang tadi.
"Arif, kapan Maisyaroh akan memberimu anak?
Sudah 5 tahun 'Rif. Kamu sehat sehat aja kan?

Keluarga ibu ngga ada yang memiliki masalah dengan keturunan.
Cobalah ajak istrimu berobat. Jgn biarkan dia tenang2 saja..
Adik adikmu sudah memberikan ibu cucu."

Dan masih banyak lagi dan masih panjang lagi keluh kesah itu hampir setiap kali ibu menelpon.

Satu kuntum Mawar merah untuk kesalahanku...

Setiap kali ibu bertemu denganmu umi ku sayang,
engkau dengarkan semua tuduhan atas ketidak suburanmu.
Engkau hanya mengiyakan dan membenarkan.
Tak ada terucap sedikitpun rahasia yang ku minta untuk dijaga itu.
Tak pernah kubela dirimu barang sepatah kata.
Umi, seluas hatimu yang bertaburan kasih sayang itu,
engkau biarkan semua fitnah menimpamu.
Tetap dengan senyummu,

engkau genggam tanganku lembut ketika tiada seorangpun yang melihat..

"Abi, kita jalani ini semua yaa.. lanjutkan pengobatan itu.
Kita tahajud terus ya 'bi.... Berdoa yang banyak.. Sodaqohnya dikencengin."

Akulah yang tak memiliki kemampuan untuk menyuburkan lahanmu 'mi.... Tapi engkau yang menanggung cela'an itu....Aaah....

----------------
10 tahun berselang….

Malam itu, engkau mendekatiku ketika siap ku rebahkan ragaku…

“Abi, boleh umi bertanya?”

Tanpa memandangnya,
“Ya, apa ‘mi.” helaku panjang.

“Umi minta maaf ya ‘bi.”

Kepalamu menunduk dalam, sempat kulihat matamu berkabut.
Perasaan aneh menyusup relung hatiku

“Apa ‘mi, abi ngantuk. Kalau ada yg mau dibicarakan, ya cepat.”

Setelah beberapa kali engkau menghela nafas dalam dalam, suaramu terdengar tercekat

” Siapa Jessica, ‘bi?”

Suara itu pelan.. teramat pelan.. tapi gaungnya meluluh lantakkan gendang telingaku.

“Maksud umi apa?!!” Suara kerasku tak mampu menutupi getar kekhawatiranku.

Aku hanya mampu mencuri pandang pada wajah tirus itu… sangat tirus.

Ya Allah… mengapa baru kusadari bahwa dirinya terlihat sangat kurus.

“Tadi pagi ada telpon, ‘bi”…. Senyap… jantungku berdetam keras menyakiti ulu hatiku.

Sekelebat kekhawatiranku tadi pagi mulai menyeruak tajam.

Ketinggalan HP di rumah adalah sebuah bencana, terlebih dalam waktu 6 bulan terakhir.

Aku terdiam. Engkau menyeka matamu… selaput bening itu mulai luruh…

“Begitu umi angkat, dia langsung mengucap kata itu ‘bi…..”

Sontak aku menegakkan punggungku.
“Umi…. ” parau suaraku hampir tak terdengar.

Tanganku meraih bahunya…

Tapi entah dari mana engkau dapatkan kekuatan itu,
untuk pertama kalinya dalam sepuluh tahun pernikahan kami,
engkau kibas lembut rengkuhanku dan menjauh.

“Dia bilang begini…”Morning darling Ayiiif… Jess pulang besok. Dah kangen banget sayang..”

Kepalaku serasa membesar, udara semakin tipis di sekitar.

Lalu dia berkata, “Ayif dah booking hotelnya kan, nginep ya.. temenin Jess….”.

Seluruh darahku seperti tersirap habis seakan dicecap oleh dinding2 yang semakin menyempit.

Lalu semua yang terkeluar dari bibirmu umi, hanya seperti gaung yang meninggi dan menurun.

Kepalaku berputar… pandanganku mengabur…..

Putaran Waktu itu membawaku ke sebuah seminar yang mempertemukan ku dengan Jessica,

seorang wanita karir yang sangat sukses.. dan lajang.
Kecantikan rupa dan raganya meluruhkan segala iman di dada.

Pertemuan 5 hari itu berujung pada sebuah pelabuhan yang tak pernah ku sesali, sampai malam ini ketika untuk pertama kalinya ku lihat umi… bidadari syurgaku.. menangis terseguk seguk.

Jangankan derai air mata…
kabut beningpun tak pernah kulihat di matanya setiap kali aku mengecewakannya….

Tapi malam ini, kesedihannya terjun bebas ke muara lautan air mata….

Satu kuntum Mawar untuk satu kesalahan….

Dengan seluruh kekuatanku yang masih tersisa,
kurengkuh tubuh kurus itu.
Aku tersengat dengan kenyataan betapa kecilnya tubuh itu…
Umi… oh… umi… apa yang telah kuperbuat terhadapmu???
Aku menangis di pundak kurusnya.
Tak mampu mengeluarkan suara,
bahkan sepatah kata maaf sekalipun.

Di antara wajah mu yang basah kuyup oleh keringat dan air mata,
bidadari syurgaku menyeruak dengan kalimat yang tak pernah ingin kudengar seumur hidupku.
“Nikahi dia ‘bi… Jangan tambah dosamu lagi… umi ikhlas….”

IKHLAS… sebuah kata yang sangat engkau cintai…..
IKHLAS… sebuah kata penguat hatimu…
IKHLAS… sebuah kata pelindung nestapa dan sepimu….

Umi…
Di pagi itu..
ku temui dirimu masih berbalut mukena satin putih yg berenda mawar merah muda. Bersila di atas sajadah putih berhias masjid berwarna merah lembut. Mendekap mushaf merah jambumu yang sudah begitu lusuh. Tubuh lemahmu bersandar pada tepian pembaringan.

Rupanya… hatiku berdetak kencang.
Engkau tidak tidur setelah tahajud yang kita lalui bersama.
Engkau tak terpejam seusai mengusap kepalaku, mengecup pipiku dan menerima peenyesalan dalamku.

Engkau tidak terlelap umi…..
Engkau telah pulang menuju Kekasih Sejatimu.
Melangkah ringan meninggalkan semua derita yang tak ada pupus pupusnya.

Menyapu semua airmata kelelahanmu selama berdampingan dengan pengabaianku.

Umi… tangisku mungkin terdengar hingga ke seluruh alam raya pagi itu.

Bagaimana mungkin engkau meninggalkan ku ketika aku telah berjanji untuk menanam kembali benih cinta kita, menyuburkannya dengan ibadah2 berjamaah yang terlalaikan, menyiraminya dengan berkasih sayang yang dulu sangat kita sukai.
Bagaimana mungkin engkau membiarkan ku berjalan sendiri dalam penyesalan pekat ini???

Umi… 10 kuntum Mawar di atas pusaramu ini…

adalah ungkapan hati atas 10 tahun kesalahanku selama berdampingan denganmu.

Indahnya takkan menggantikan kecantikan hatimu…
Wanginya takkan menggantikan keindahan akhlakmu….
Segarnya takkan menggantikan keteguhan imanmu….

Umi… 10 kuntum Mawar di atas pusaramu ini…
Takkan mampu menggantikan kekosongan hatiku….

Sebelas tahun setelah engkau pergi…
Setiap minggu…
10 kuntum mawar yang ku letakkan di pusaramu…

Takkan mampu menggantikan apapun…..
Takkan…. Sampai kapanpun….
karna, penyesalan itu mematri sebegitu dalam di hatiku….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar