Minggu, 01 Februari 2015

AUTUMN IN SABANG

Hari ini adalah tanggal pertama di bulan februari
Sabang dilanda angin kencang juga mendung
Yang membuat bulu badan merinding
* dikira setan lewat

Tapi karena angin kencang tersebut, saya jadi bisa mendengar hempasan ombak dikarang laut yang jaraknya 1km dari rumah
Juga bisa merasakan hawa sejuk yang menusuk tulang
Atau bisa melihat dedaunan yang berguguran karena ditiup angin kencang

Menatapnya saja jadi teringat akan kisah autumn in paris, tapi kali ini bakan menjadi story autumn in sabang

Mengingat musim gugur, saja jadi mengingat dedaunan yang terlepas dari ranting
Yang ceritanya mungkin menjadi filosofi kehidupan
Yah, tergantung siapa yang menceritakannya

Jika angin kencang menjadi sumber masalah
Aku adalah pohon
Dan daun adalah dia
Maka siapa yang harus disalahkan saat daun pergi???

" daun yang gugur tak pernah membenci angin" sepenggal kutipan dari mas tere liye

Jadi jika bukan angin kencang yang membawanya pergi apakah pohon yang melepaskannya??? Atau daun tersebut yang ingin pergi

Kembali ke daun gugur
Saya sangat menyukai musim gugur dan musim semi
Karena bagi saya saat dedaunan tua berguguran dan terganti dengan daun yang baru ada rasa yang berbeda disana saat kita menatapnya
Seperti ada harapan baru...

Saya juga sangat menyukai saat-saat dedaunan terlepas dari ranting dan terbang dibawa angin..
Daun tak pernah protes
Dia mengikuti arah angin yang akan membawanya ketempat baru
Entah berakhir di tong sampah atau air yang terus mengalir
Tapi.. Dedaunan tak pernah sekalipun membenci angin...

Lalu, akhirnya aku tersadar
Aku harus belajar dari angin, pohon dan daun tentang perjalanan hidup

Ya.. Autumn, musim gugur kali ini disabang mengajarkanku arti hidup yang sesungguhnya hari ini...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar