Siapa yang tidak kenal dengan kota kecil yang berada di bagian ujung utara pulau sumatera itu, kota kecil yang menjadi bagian dari provinsi Aceh. Kota yang dijuluki 0 KM nya Indonesia yang berada di lintang 5°50'LU 95°18'LB / 5,833°LU 95,3° BT. Dengan populasi manusia 31.355 juta jiwa ( 2010)
Sebuah kota yang terlihat sangat eksotis dari berbagai sisi baik hutan, pantai, terumbu karang, hewan, masyarakat maupun budayanya
Banyak wisatawan lokal, nasional maupun internasional datang berbondong- bondong ingin mengunjungi kota sabang, baik itu pribadi, keluarga maupun rombongan. Mereka ingin menyaksikan secara langsung objek wisata pantai yang dijuluki masyarakat lokas sebagai ' balinya aceh '
Ya, sabang sangat terkenal dengan pantai yang pasirnya berwarna putih juga hitam.
Juga terumbu karang yang sangat cantik bagi pecinta diving. Yang semua itu bisa dinikmati di pantai iboih maupun pulau rubiah.
Tapi bukan itu yang ingin saya bahas pada tulisan kali ini
Sisi lain kota sabang, kota dimana tempat saya dilahirkan juga dibesarkan Kota yang sudah menjadi "rumah dimana tempat saya untuk kembali "
Kota yang sudah banyak berubah...
Saya mengakui pasca terjadinya gelombang tsunami 2004 silam kota sabang sudah mulai bangkit baik secara ekonomi maupun struktural
Terbukti dengan adanya pembangunan jembatan baru di perikanan sabang, juga perluasan tempat wisata dan itu menjadi daya tarik wisatawan.
Tapi bukan perubahan itu juga yang ingin saya bicarakan
Berbicara tentang tempat wisata pasti tidak terlepas dari peran pemerintah juga keikut sertaan remaja dalam berpartisipasi.
Hari ini saya melihat bahwa pergaulan remaja sekarang sangat jauh dari pengawasan orang tua. Juga tidak dibentengi dengan pedoman agama Pemerintah seperti lepas tangan dan lebih mementingkan memajukan pariwisata dari pada menanam akhlak yang baik bagi generasi penerus Itu dibuktikan dengan melemahnya/ tidak adanya pengawasan atau razia terhadap pelanggatan khalwat yang terjadi di kota sabang.
Ini sama seperti kasus 2011 lalu saat saya membuat tugas akhir / skripsi yang berjudul PERAN PEMERINTAH TERHADAP PENANGANAN PERGAULAN BEBAS PARA REMAJA DI KOTA SABANG studi kasus di 3 desa di kota sabang Remaja bebas melakukan khalwat, free seks sudah seperti vitamin, narkotika menjadi bumbu penyedap. Dan wanita panggilan, Nauzubillah...
Yang ingin saya tanyakan sekarang adalah, dimana letak peran pemerintah?
Kenapa sabang terlihat seperti tempat yang halal bagi yang haram??
Saya agak malu mengangkat tema sisi lain remaja kota sabang, karena saya sendiri adalah orang sabang Itu seperti mencorengkan arang kemuka sendiri
Tapi.. Kalau bukan saya siapa lagi? Apa saya akan berharap ke masyarakat luar yang mengangkat tema ini?? Ini akan lebih memalukan lagi seperti menceritakan aib keorang lain.
Hari ini sabang terlihat sebagai kota pariwisata yang jauh dari unsur islami walau pemerintah telah mencetuskan bahwa wisata sabang adalah wisata islami. Tapi semua itu jauh dari unsur islami
Wisatawan luar bebas mengunjungi sabang dengan pasangan non muhrimnya tanpa adanya pengawasan yang intensif oleh aparat pemerintah. Pasangan non muhrim bebas menginap dihotel tanpa dimintai buku nikah dan didukung juga oleh harga hotel yang relatif murah.
Saya berani berkata bahwa BUKAN REMAJA SABANG YANG MERUSAK SABANG, tetapi pendatang yang membawa budaya baru yang mengakibatkan remaja sabang juga ikut- ikutan. Apalagi dengan lemahnya pedoman agama yang membuat remaja kota sabang mudah terjerumus ke dalam hal yang negatif
Jadi, sudah siapkah saya dan semua masyarakat menerima perubahan akhlak juga moral remaja yang semakin minim ini?
Dan nanti Siapa yang akan peduli dengan generasi penerus bangsa ini khususnya remaja kota Sabang Kecuali diri kita sendiri
"Allah tidak akan merubah nasip seseorang, kecuali orang tersebut mau merubah nasibnya sendiri"