Kamis, 20 Februari 2014

Segelas Cappucino Hangat

Segelas cappucino hangat disore hari
Menemaniku bersantai diantara rerumputan hijau yang basah
Juga harum tanah yang disirami hujan menyisakan aroma semerbak kecoklatan

Aku juga bersantai diantara pantai yang berpasir putih
Deru Ombak yang mengalun tenang
Camar yang berterbangan
Dan ufuk yang beranjak kemerahan

Sendiri diantara padatnya manusia yang wara wiri
Music yang mengalun lembut yang kudengar dari kejauhan
Dan cappucino hangat yang tinggal setengah

Masih saja aku belum beranjak
Menikmati indahnya hari yang mulai jingga kemerahan
Memamerkan warna keemasan diujung timur pantai ini

Menatap lurus kedepan
Dengan kacamata hitam bertengger diantara kedua bola mata
Agar kilauan senja tetap elok dimataku

Tuhan... Alangkah indahnya ciptaanmu
Aku mengaguminya setiap detik yang berlalu
Enggan beranjak walau sinar jingga telah meredup
Enggan melangkah walau yang tersisa hanya kegelapan
Dan cappucinopun telah mendingin tanpa tersentuh lagi..

Seperti jingga yang telah berlalu dikegelapan malam
Seperti itu juga aku harus beranjak meninggalkan hari yang membawa asaku
Membiarkan takdir bermain diantara harapan dan kenyataan

Sabtu, 15 Februari 2014

Kisah 3 Kaleng Coke

Ada 3 kaleng coke.
Ketiga kaleng tersebut diproduksi di pabrik yang sama di sebuah daerah Jawa Timur.
Ketika tiba harinya (untuk didistribusikan), sebuah truk datang ke pabrik, mengangkut kaleng-kaleng coke tersebut dan menuju ke tempat yang berbeda untuk dijual.

Pemberhentian pertama adalah sebuah mini market lokal.
Kaleng pertama diturunkan di sini. Lalu, dipajang di rak bersama dengan kaleng minuman ringan lainnya.
Ia diberi harga Rp.4.000

Pemberhentian kedua adalah sebuh pusat perbelanjaan besar.
Di sana, kaleng kedua diturunkan.
Kaleng tersebut ditempatkan di dalam kulkas supaya dingin dan dijual dengan harga Rp.7.500

Pemberhentian terakhir adalah hotel bintang 5 yang sangat mewah.
Kaleng ketiga diturunkan di sana.
Tapi, ia tidak ditempatkan di rak atau di dalam kulkas. Ia disimpan baik-baik, dan hanya akan dikeluarkan jika ada pesanan dari pelanggan.
Dan ketika ada yang memesan, kaleng ini dikeluarkan bersama dengan gelas kristal berisi batu es. Kemudian, ia disajikan dengan rapi di atas baki.
Pelayan hotel akan membuka kaleng coke itu, menuangkannya ke dalam gelas, dan dengan sopan menyajikannya ke pelanggan. Harganya Rp 40.000

Sekarang, pertanyaannya adalah: "Mengapa ketiga kaleng minuman ringan tersebut memiliki harga yang berbeda padahal diproduksi dari pabrik yang sama, diantar dengan truk yang sama dan bahkan mereka memiliki rasa yang sama?"

Lingkungan kita mencerminkan harga kita.
Lingkungan berbicara tentang RELATIONSHIP. Apabila kita berada di lingkungan yang bisa mengeluarkan potensi/hal terbaik dari diri kita, maka kita akan menjadi cemerlang.
Tapi bila kita berada di lingkungan yang mengerdilkan diri kita, maka kita juga akan menjadi kerdil.

Saat saya bekerja di bandara kemarin entah kenapa saya kembali mengingat artikel ini. Artikel ini menjadikan memotifasi untuk saya dalam memimpin sebagai leader kemarin Dan itu adalah kekuatan untuk saya agar surfive..